PASURUAN I bidik.news – Seiring meredanya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) maupun LSD (lumpy skin desease). Produksi susu segar di Kabupaten Pasuruan digenjot. Malah, target produksinya dinaikkan 0,5 persen dari realisasi produksi susu di tahun 2023 yang mencapai 97.082.722 liter.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, drh Ainur Alfiah melalui Kabid Prasarana, Sarana dan Usaha Peternakan, M.Syaifi mengatakan, kenaikan target produksi yang hanya setengah persen saja dinilai sangat realistis. Sebab seluruh peternak baru saja melewati masa kritis dari serangan PMK dan LSD yang merebak sejak tahun 2022 lalu.
Untuk dapat mencapai target, Dinas Peternakan melakukan berbagai macam cara. Diantaranya penambahan jumlah sapi baru, perbaikan pakan ternak hingga treatment pada ternak itu sendiri.
Menurut Syaifi, para peternak sapi perah di Kabupaten Pasuruan sudah mulai membeli sapi-sapi baru. Selain itu, sapi-sapi yang awalnya terserang PMK maupun LSD, sekarang kondisinya sudah kembali sehat dan bisa menghasilkan susu meskipun belum maksimal.
“Biasanya sehari satu ekor bisa menghasilkan 10 liter.Tapi karena masih recovery baru bisa mencapai 3-4 liter. Dan sekarang kita genjot sampai bisa 8 liter,” jelasnya.
Seperti diketahui, populasi sapi perah di Kabupaten Pasuruan pasca PMK dan LSD semakin menurun, bahkan sampai berkurang 10 ribu ekor. Sekarang jumlah populasinya menjadi 90.096 ekor dan tersebar di beberapa wilayah diantaranya Kecamatan Tutur, Purwodadi, Puspo, Rembang, Grati, Lekok dan sebagian di Nguling.
Oleh sebab itu, para peternak terus didorong untuk menjaga kesehatan ternak sapinya. Mulai dari pakan, kondisi kandang hingga faktor penting lainnya yang dapatkm menunjang produksi susu segar.
“Kalau tahun kemarin sudah ada bantuan pakan dengan nutrisi tinggi dari Pemerintah Pusat. Kita upayakan untuk kebaikan ternak dan peternak itu sendiri,” imbuh Syaifi.
Perlu di ingat Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu wilayah dengan populasi sapi perah terbesar di Jawa Timur. (rusdi)