JENEPONTON | bidik.news – PLN Nusantara Power (NP) menggandeng Pemkab Jeneponto, Sulawesi Selatan bekerja sama memanfaatkan limbah produksi jagung menjadi bahan biomassa yang dimanfaatkan sebagai bahan co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya.
Hal ini langkah positif mewujudkan listrik hijau yang sejalan dengan komitmen pengurangan emisi karbon di Indonesia. Total kebutuhan biomassa bahan cofiring PLTU Punagaya mencapai 100 ribu ton pertahun.
Pejabat Bupati (Pj Bupati) Jeneponto, Junaedi Bakri menyampaikan, Jeneponto salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Sulawesi Selatan. Dengan luas lahan tanam jagung 60.165 hektar dan produksi jagung di 2022 mencapai 418 ribu ton yang memiliki andil besar terhadap suplay jagung nasional. Menurutnya, PLN NP telah mengambil Langkah tepat dalam memanfaatkan limbah bonggol jagung yang berlimpah ini.
“Saya melihat ada potensi besar yang dapat dimanfaatkan PLN NP dalam mengolah limbah bonggol jagung sebagai bahan biomassa. Saya berharap agar limbah ini dapat terserap paling tidak 20% dari total produksi jagung”, kata Junaedi Bakri, Selasa (11/6/2024).
PLN NP melalui PLTU Punagaya melihat potensi limbah jagung di Kab. Jeneponto dan mengubahnya menjadi biomassa dalam co-firing, metode subtitusi sebagain bahan bakar batu bara dengan biomassa bonggol jagung sehingga dapat menekan emisi gas buang. Saat ini, PLN NP telah menyelesaikan uji coba co-firing bonggol jagung di 2 lokasi, PLTU Punagaya dan PLTU Tanjung Awar-Awar.
Direktur Utama PLN NP Ruly Firmansyah menyampaikan kebijakan perusahaan dalam mendorong Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060. Menurutnya, selain ekspansi pembangkit baru berbasis energi baru terbarukan (EBT), PLN NP juga mengaplikasikan co-firing di 25 PLTU yang ada di Indonesia.
“PLN NP saat ini telah berhasil menerapkan co-firing di 25 PLTU yang ada. Di 2023 lalu, kami telah meproduksi 525,62 GWh energi hijau dari co-firing atau setara dengan reduksi emisi karbon 533.291,79MT,” terang Ruly.
Tidak saja berdampak positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan, co-firing yang diterapkan PLN NP juga berperan dalam menggerakan roda perkeonomian dan UMKM warga sekitar PLTU tersebut.
“Selain berkontribusi positif pada lingkungan, metode co-firing ini juga hasil dari pasokan UMKM warga sekitar sehingga program ini turut mengangkat tingkat ekonomi masyarakat ring 1”, tambah Ruly.
Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Dimana sebagian batubara yang dijadikan bahan bakar diganti sebagian dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa.
Tidak hanya dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, namun co-firing juga dapat menjadi solusi permasalahan sampah sekaligus menggerakkan ekonomi mengingat salah satu bahan bakar co-firing bisa berasal dari Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP), limbah jagung, sawdust, serta cangkang kelapa sawit.