SURABAYA | bidik.news – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim lewat UPT Taman Budaya memfasilitasi pagelaran paguyuban ketoprak legendaris dari Kab. Tulungagung, yakni ketoprak Siswo Budoyo yang dulu pernah jaya di era 80 an.
Ketoprak dengan pimpinan sekaligus sutradara Bambang Wijanarko, Kali ini mengambil lakon “Sekartaji Kembar” yang tampil di Gedung Kesenian Cak Durasim, Gentengkali Surabaya, Jum’at (7/7/2023) malam.
Selain ratusan masyarakat Surabaya yang berduyun – duyun memadati gedung kesenian Cak Durasim. Juga tampak terlihat, Gatut Sunu Wibowo Wabup Tulungagung, Hudiyono Kadisbudpar Jatim, Ali Ma’ruf Kepala UPT Taman Budaya, para pejabat dilingkungan Pemprov Jatim dan Kepala OPD Pemkab Tulungagung, Jarianto Widya Iswara BPSDM Jatim, Heru Tjahjono Budayawan, Cak Kartolo seniman maestro ludruk legendaris Surabaya, dan Agus Pribadi Budayawan.
Gatut Sunu Wibisono sangat mengapresiasi sebesar-besarnya kepada Kadisbudpar Jatim yang telah memberi kesempatan ketoprak legendaris asal Tulungagung, Siswo Budoyo tampil di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya.
“Kami sangat terharu melihat animo masyarakat Surabaya yang begitu besar dan masih peduli terhadap kesenian ketoprak. Terbukti antusias dan semangat para penonton yang hadir pada malam hari ini terlihat membludak,” ujar Gatut.
Hudiyono menambahkan, eksistensi kesenian ketoprak di Jawa Timur perlu dilestarikan dan harus ada campur tangan dari pemerintah, sebagai pelestarian kebudayaan bangsa.
“Mari kita dukung semua program pemerintah dalam mengangkat kesenian di Jawa Timur. Serta sebagai kegiatan dalam mengangkat kesejahteraan para seniman di Jawa Timur,” tegas Hudiyono.
Lakon Sekartaji Kembar mengisahkan tentang Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana, putri kerajaan Kediri yang sangat kesohor dengan kecantikan dan keanggunannya. Karenanya, banyak raja maupun bupati yang ingin mempersunting sebagai permaisuri. Meski mereka tahu, sejak kecil Dewi Sekartaji sudah dijodohkan dengan Panji Inukertapati atau Panji Asmara Bangun.

Seperti halnya kerajaan Giling Wesi dengan rajanya bernama Klana Mudha yang mengutus adiknya, pangeran Klana Alit untuk melamar Dewi Sekartaji. Meski lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Prabu Lembu Amiluhur raja Jenggala, alih-alih pulang ke Giling Wesi,
Pangeran Klana Alit justru menyerbu Jenggala. Selain menginginkan Dewi Sekartaji, dalam lamaran itu terkandung keinginan menguasai Jenggala dan Kediri.
Kuatnya penyerbuan serta lengahnya pertahanan, membuat Jenggala nyaris kalah dan hanya bertahan di dalam benteng. Melihat kenyataan ini, Prabu Lembu Amiluhur meminta nasehat dan bantuan Curiganata, putra tertuanya yang menjadi Resi di Gunung Wilis.
Sebagai penasehat spiritual Jenggala, Resi Curiganata mengatakan, akar permasalahan terletak pada keinginan Klana Mudha dalam mempersunting Dewi Sekartaji.
Maka agar perang dapat dihentikan, sehingga tidak menambah jatuhnya korban, Dewi Sekartaji dan Dewi Ragil Kuning diserahkan ke Giling Wesi.
Apakah Dewi Sekartaji dan Ragil Kuning benar-benar diserahkan ke Giling Wesi, sebagai putri boyongan? Dan kemana pula perginya Panji Asmara Bangun? Tidakkah dia tahu kalau Dewi Sekartaji dan Ragil Kuning akan dipersunting oleh Prabu Klana Mudha dan Klana Alit?.