Pancasila merupakan lambang negara yang memiliki begitu banyak manfaat bagi kehidupan bangsa dan negara indonesia.
Bukan hanya sebagai pandangan hidup, dasar negara dan alat pemersatu bangsa, namun pancasila juga berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pancasila turut berperan aktif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan tekologi pada masa dulu, sekarang hingga nanti. Dengan adanya pedoman pancasila perkembangan IPTEK yang begitu pesat tidak melunturkan moral, etika dan norma bangsa indonesia.
Mengapa demikian, sebab pancasila senantiasa didasarkan atas sikap human-religius, hal ini dikarenakan keberadaan IPTEK selalu berdampingan dengan kebudayaan dan agama.
Kedua, IPTEK menempatkan nilai agama dan budaya sebagai mitra dalam berdiskusi. Dalam hal ini, pengembangan IPTEK memerlukan faktor eksternal, yaitu budaya, ideologi, dan agama untuk saling bertukar pikiran.
Pada dunia fisioterapi sangat berhubungan erat mengenai rasa kemanusian, tanggungjawab, keadilan dan sikap gotong royong. Hal tersebut harus tetap menjadi pedoman yang selalu dipegang dan dijunjung.
Jika fisioterapis tidak memeiliki sikap kemanusian, tanggungjawab, keadilan dan gotong royong akan mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Fisioterapis memberikan pelayanan kepada pasien berupa bantuan memelihara, memulihkan fungsi gerak tubuh manusia agar dapat melakukan aktivitas secara normal. Selain hal itu fisioterapi juga melakukan berbagai penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran hidup manusia melalui media sosial dan secara daring.
Fisioterapi juga menunaikan tugas dengan rasa tanggungjawab dengan pemberian intervensi kepada pasien sesuai kebutuhan. Seorang fisioterapis harus melakukan tugasnya secara adil tidak membedakan kasta, ras, agama dan etnis.
Namun akhir- akhir ini berbagai media sosial menyiarkan bahwa ada tenaga medis yang membedakan pelayanan kesehatan karena status sosialnya. Tidak jarang tenaga medis dan instalasi melakukan hal tersebut karena alasan pasien dengan VIP harus didahulukan dan istimewakan.
Hal inilah yang harus dibasmi mengenai kerumpangan status sosial. Nilai keadilan dalam Pancasila mendukung upaya untuk memberikan pelayanan fisioterapi yang merata dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dalam pengaturan akses layanan dan distribusi sumber daya fisioterapi secara seimbang.
Prinsip keadilan membantu dalam menentukan pembagian tugas serta tanggung jawab yang adil diantara anggota tim, dan memastikan bahwasannya setiap individu diperlakukan secara adil dan setara.
Pendidikan dan Penyuluhan Berbasis Nilai Pancasila dapat membentuk generasi fisioterapis yang memiliki kesadaran moral dan etika yang tinggi. Pendidikan berbasis nilai-nilai Pancasila dapat memberikan landasan etika yang kokoh bagi praktik fisioterapi.
Kolaborasi antara fisioterapis dan tenaga kesehatan yang lain juga dapat menjadi salah satu tips untuk meningkatkan pelayanan fisioterapi. Mengapa demikian dalam kolaborasi akan terdapat sikap gotong royong sehingga mencerminkan peran aktif setiap individu dalam kepentingan bersama saling tolong menolong.
Sebagai contoh jika seseorang fisioterpis menemukan kasus yang tidak dapat sembuh dan akan smenimbulkan resiko lain fisioterapis bisa melakukan rujukan ke dokter atau tenaga medis yang mampu mengatasi hal tersebut.
Pancasila memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pelayanan fisioterapi di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila menjadi landasan dasar yang utama untuk mengatur dan memandu prinsip-prinsip lain seperti moral, etika, dan integritas didalam pelayanan kesehatan fisioterapi.
Integrasi nilai-nilai Pancasila dapat memengaruhi kolaborasi antara fisioterapis dengan tenaga kesehatan lainnya, serta meningkatkan mutu kualitas dari pelayanan kesehatan fisioterapi yang dijalankan secara keseluruhan. Menerapkan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila, pelayanan fisioterapi dapat mencerminkan sikap adil, beradab, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghargai hak-hak orang lain.
Namun, terdapat kendala mengenai penerapan prinsip pancasila dalam pelayanan fisioterapi di Indonesia, salah satu contohnya yakni adanya perbedaan pelayanan pasien mandiri dengan pengguna bpjs, hal ini tidak sesuai dengan sila kedua yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Penulis:
FATIHAH AQSA KAMILAH
NURDINI AMALINA ZAHIDAH
REYZANO RAZAQI ARAFIA
SAFIRA SALSABILA ALFIATU NASYWA