SURABAYA | BIDIK – Dalam rangka HUT Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ke-6 yang bertajuk ‘Kredibel dan Berperan Nyata’, OJK menggelar ‘OJK Mengajar dan OJK Berbagi Bantuan Sosial’.
OJK Mengajar dan OJK Berbagi Bantuan Sosial ini dilakukan secara serentak oleh seluruh Bidang dan Kantor Regional/Kantor OJK di seluruh Indonesia mulai 10 – 22 November 2017.
Inisiatif pelaksanaan kegiatan OJK Mengajar dan OJK Berbagi merupakan upaya proaktif OJK berkontribusi meningkatkan mutu pendidikan dan pengetahuan demi meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Serta mendukung aktivitas anak-anak yatim piatu dan masyarakat di lingkungan OJK melalui pemberian bantuan yang dibutuhkan.
Setelah 17 November 2017 lalu dilaksanakan OJK Mengajar oleh Heru Cahyono, Kepala OJK Regional 4 Jatim di SMAN 14 Surabaya. Kini bersama Kelompok Mitra Perubahan (KMP) OJK KR4 Jatim dan Insan OJK KR 4 Jatim menggelar OJK Berbagi pada Senin (20/11/2017) di Sanggar Lengger Jl. Sidosermo Indah No.36, Wonocolo, Surabaya.
“Sanggar Lengger dipilih menjadi tempat pelaksanaan OJK Berbagi, karena sanggar tersebut menjadi wadah bermain, belajar dan berkarya anak-anak kurang beruntung, anak-anak yatim piatu yang berada di pinggiran Kali Jagir, Surabaya,” kata Heru Cahyono.
Kata ‘Lengger’ merupakan singkatan dari “Ilingo Ngger” atau dalam bahasa Indonesia disebut “ingatlah anakku“. Kata ini didapat dari kanjeng sunan Kalijogo.
Semangat untuk selalu ingat terhadap lingkungan sekitarnya itulah yang membuat nama lengger ini disematkan pada sanggar ini.
“Pada kegiatan ini, insan OJK KR4 Jatim memberikan donasi berupa zakat, infaq, sedekah dan sumbangan lainnya yang diberikan dalam bentuk peralatan sekolah dan buku-buku bacaan.” lanjut Heru.
Juga dilakukan edukasi oleh Change Partner Kelompok Mitra Perubahan OJK KR4 Jatim terkait pengenalan OJK dan gemar menabung kepada anak-anak. Tujuannya, meningkatkan literasi dan inklusi keuangan sejak dini.
Selama 6 tahun terakhir ini terdapat peningkatan tingkat inklusi keuangan secara nasional, yaitu 67.82 persen pada 2016 meningkat dari 59.74 persen pada 2013.
Senada dengan peningkatan tingkat inklusi keuangan, tingkat literasi keuangan juga mengalami peningkatan sebesar 29.66 persen pada 2016 meningkat dari 21.84 persen pada 2013.
Tingkat inklusi di Jatim pada 2016 sebesar 73.25 persen dan tingkat literasi di Jatim 35.58 persen, yakni lebih tinggi dibanding tingkat inklusi dan literasi secara nasional.
Namun tingginya tingkat inklusi di Jatim belum diikuti dengan tingkat literasi secara seimbang. Artinya dalam menggunakan produk-produk lembaga jasa keuangan, masyarakat belum sepenuhnya paham atas produk-produk keuangan yang digunakannya. Sehingga sangat memungkinkan timbulnya penipuan yang dapat menyebabkan kerugian masyarakat.
“Karena itu OJK KR4 Jatim berkomitmen untuk selalu memberikan edukasi masyarakat agar tidak tertipu oleh investasi-investasi illegal (investasi bodong),” kata Heru mengingatkan.
Harapannya, pada usia OJK yang ke-6 ini, OJK dapat senantiasa tumbuh menjadi Lembaga Pengawas Sektor Jasa Keuangan yang Independen dan Kredibel dalam mewujudkan Sektor Jasa Keuangan yang Tangguh, Berkelanjutan serta mampu melindungi konsumen dan masyarakat dan berperan memfasilitasi melalui kebijakan sektor jasa keuangan dalam mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan. (hari)