SURABAYA | bidik.news – Di tengah ketegangan geopolitik global dan perlambatan ekonomi dunia, Jawa Timur justru mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,23% pada paruh pertama 2025, melampaui rata-rata nasional sebesar 5,12%.
Capaian ini diungkap dalam Media Briefing Triwulan III bertajuk “Sinergi dan Kolaborasi untuk Menjaga Stabilitas dan Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi dalam Rangka Mewujudkan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara” di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jatim, Kamis (14/8/2025).
Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) Jatim, M. Noor Nugroho, mengakui dampak tarif perdagangan AS sebesar 19% terhadap ekspor Indonesia. Namun, posisi Indonesia dinilai lebih kompetitif dibanding Vietnam (20%) dan Meksiko (25%). “Pergeseran aliran modal dari AS ke negara dengan stabilitas politik-ekonomi yang baik menjadi peluang bagi Jawa Timur,” ujarnya.
Sektor penggerak utama pertumbuhan berasal dari industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, serta akomodasi dan makanan-minuman. Momentum liburan dan hari raya turut mendongkrak kinerja sektor-sektor tersebut. Inflasi Jatim terjaga di level 2,21%, masih dalam kisaran target nasional.
Kepala OJK Jatim, Yunita Linda Sari, menyoroti ketangguhan sektor jasa keuangan dengan indikator penyaluran KUR mencapai Rp66,73 triliun (tertinggi kedua nasional). Pasar modal mencatat 25 emiten dengan nilai penawaran umum Rp14,7 triliun, didominasi industri pengolahan. Industri reksa dana, asuransi, dan pembiayaan tumbuh positif, mencerminkan kepercayaan investor.
Sedangkan Kepala LPS II, Bambang S. Hidayat menambahkan, cakupan penjaminan simpanan di Jatim mencapai 99,95% rekening, dengan pertumbuhan simpanan baik di kategori besar (>Rp5 miliar) maupun kecil (<Rp100 juta). “Indeks menabung konsumen menguat, menunjukkan pemulihan kepercayaan masyarakat,” ujarnya.
Sedangkan dari sisi fiskal, Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil DJPb Jatim, Rabindhra Aldy, mengungkap realisasi belanja modal semester I/2025 sebesar Rp1,08 triliun (16% dari target), dengan percepatan di semester II mencapai 26%. APBN fokus pada pembangunan pelabuhan, bandara, dan infrastruktur jalan.
Sistem pembayaran non-tunai juga tumbuh pesat, terutama melalui KRIS (QRIS Nasional) yang menargetkan 8,87 juta pengguna di Jatim. BI mencatat penurunan signifikan penggunaan uang tunai, didorong transaksi digital.
Tantangan dan Strategi Ke Depan
Meski kinerja positif, sejumlah tantangan masih menghadang:
Kesenjangan literasi keuangan syariah.
Peredaran rokok ilegal yang menggerus penerimaan cukai. Risiko internal perbankan, dengan 19 bank dilikuidasi di Jatim (total klaim Rp274 miliar).
OJK menargetkan inklusi keuangan nasional 93% pada 2029 dan 98% pada 2045, melalui pendampingan UMKM dan pengembangan komoditas unggulan seperti kopi, melon, pisang, dan rempah.
Jawa Coffee and Flavors Festival:
Sebagai bagian dari strategi penguatan ekonomi kreatif, BI kembali akan menggelar Jawa Coffee and Flavors Festival pada 23-25 Agustus 2025 di Kota Lama Surabaya. Berbeda dari tahun sebelumnya, selain kopi, acara ini juga akan menampilkan pameran cokelat dan rempah.
Serta edukasi UMKM dan business matching. Lomba video, fashion show, dan hiburan. Gubernur Jatim, Gubernur Senior BI serta Wali Kota Surabaya rencananya akan hadir membuka acara.
“Jatim sebagai gerbang ekonomi baru
dengan fondasi yang kuat dari sektor riil dan keuangan, Jawa Timur berpotensi menjadi hub ekonomi baru Indonesia. Kolaborasi BI, OJK, LPS, dan pemerintah daerah kunci menjaga stabilitas dan momentum pertumbuhan,” pungkas Nugroho.