BIDIK News | SURABAYA – Berbeda dengan mitos yang berkembang selama ini, Disfungsi Ereksi (DE) pada kenyataannya tidak hanya mempengaruhi pria. Penyakit ini juga memberikan dampak negatif kepada pasangan mereka.
Sampai saat ini masih terdapat beberapa mitos atau anggapan yang keliru tentang DE. Sehingga diperlukan edukasi untuk memahami DE lebih baik. DE merupakan penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya.
DE pada pria dapat menyebabkan frustrasi, rendahnya percaya diri dan perasaan tidak mampu yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi dan agresivitas. Akibatnya, hubungan pribadi, keluarga, bahkan sosial juga dapat terpengaruh jika dibiarkan tanpa perawatan.
Karena itu, kesadaran pasien terhadap penyebab DE dan pentingnya berkonsultasi
dengan dokter merupakan faktor penting keberhasilan pengobatan DE.
Hasil studi Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors (GSSAB) yang melibatkan 27.500 responden pria dan wanita dari 29 negara menunjukkan, kebanyakan pria dan wanita dengan disfungsi seksual tidak berkonsultasi dengan dokter.
Perilaku seksual dapat dipengaruhi beberapa hal, di antaranya faktor budaya. Pria Asia dikenal konservatif terhadap seks dankurang aktif secara seksual dibanding pria Barat.
Kendala lain untuk menemui dokter adalah dari sisi biaya, akses dan ketersediaan perawatan medis yang terbatas. Faktor-faktor sosial budaya dan ekonomi ini tampaknya menjadi penghalang orang mencari dan memperoleh perawatan medis.
Temuan ini menyiratkan bahwa kesadaran publik tentang DE diperlukan untuk mendorong laki-laki untuk berkonsultasi dengan dokter.
dr. Susanto Suryaatmadja MS. Sp. And dokter spesialis andrologi yang berpraktek di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya dan RS Adi Husada mengatakan, banyaknya mitos yang berkembang di masyarakat sebagai bagian dari norma dan budaya menjadi salah satu penyebab keengganan pria penderita DE berkonsultasi dengan dokter dan cenderung memilih untuk mengobati sendiri.
“Ini perilaku yang harus diubah,” ungkapnya saat seminar kesehatan tentang “Mitos dan Fakta Disfungsi Ereksi” di hotel Four Points, Rabu (5/12).
Anggapan DE, lanjutnya, sebagai hal yang normal seiring bertambahnya usia merupakan salah satu mitos yang menghalangi seorang pria penderita DE untuk berkonsultasi dengan dokter. “Keengganan untuk berkonsultasi dengan dokter tanpa disadari dapat menimbulkan risiko yang lebih besar bagi kesehatan,” ujarnya.
Menurutnya, penderita perlu menyadari bahwa DE dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan diabetes. Persepsi DE hanya menyerang pria lebih tua adalah persepsi yang harus diluruskan. Karena DE dapat menyerang semua pria tanpa mengenal batas usia.
Pada usia muda, pria juga sudah mulai memiliki kondisi medis yang berisiko terkena DE seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskular. Keenganan berkonsultasi dengan dokter membuat pria mencari pengobatan sendiri diantaranya, pengobatan herbal. Herbal dianggap jalan pintas dalam mengatasi DE.
“Sebaiknya pria berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum mengambil tindakan pengobatan apapun,” pesannya.
Saat ini belum ada produk herbal yang secara ilmiah dan teruji secara klinis efektif dalam mengatasi DE. Kurangnya gairah seksual seringkali dianggap penyebab DE, padahal banyak kondisi medis, pengobatan dan faktor psikologis yang dapat menyebabkan DE.
Untuk mencapai ereksi yang baik, dibutuhkan sirkulasi darah, fungsi saraf, hormon dan libido. Testoteron yang rendah dapat memengaruhi libido, namun bukan satu- satunya faktor yang memengaruhi ereksi.
“DE memang tidak mengancam nyawa, namun harus disadari, DE merupakan tanda adanya masalah serius pada kesehatan. Untuk itu sangat penting untuk berkonsultasi ke dokter jika memiliki gejala gejala DE,” imbuh dr. Handoko Santoso, Medical Director PT. Pfizer Indonesia.
Pfizer, lanjutnya, berkomitmen terus berperan membantu mendukung edukasi pasien untuk mendapatkan pengobatan yang paling tepat dan mencegah pasien dari tindakan mengobati sendiri untuk penyakit kompleks, seperti DE.
“Penting untuk diketahui, DE dapat dicegah, yaitu dengan gaya hidup sehat. Pola makan
dengan gizi seimbang serta tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol berlebihan adalah gaya hidup sehat yang harus dilakukan untuk mencegah terkena DE. Aktivitas fisik juga berperan meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh termasuk penis,” lanjutnya.
Gaya hidup sehat, jelasnya, tidak hanya bermanfaat mencegah DE, namun bisa juga mencegah penyakit-penyakit penyebab DE,” pungkas dr. Susanto. (hari)