Surabaya – Posisi Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni semakin kuat untuk mendampingi Mensos RI, Khofifah Indar Parawansyah dalam Pilgub Jatim 2018 mendatang. Menyusul keputusan DP4D Hanura Jatim, untung mendukung Ipong dengan alasan pria asli Jatim ini memiliki pengalaman berpolitik.
Sekretaris DPD Partai Hanura Jatim, Warsito menegaskan pihaknya menyerahkan sepenuhnya untuk posisi cagub pendamping Khofifah ke partai koalisi. Atau paling tidak yang dikehendaki oleh KIP. Namun terlepas dari itu pihaknya lebih mendukung Ipong sebagai pendamping KIP.
“Jujur saja, sebenarnya kami di Partai Hanura Jatim memiliki calon pendamping KIP, yaitu Kelana Aprilianto. Namun jika partai koalisi dan Bu Khofifah menghendaki Pak Ipong apa boleh buat. Tentu kita tidak bisa memaksakan kehendak. Toh, pak Ipong cukup bagus dan melihat pengalamannya di politik, saya optimis Pak Ipong cocok menjadi pendamping KIP ,”tegas Warsito yang diklarifikasi lewat telepon genggamnya, Senin (20/11).
Disisi lain, meski Ipong baru menjabat Bupati Pacitan dua tahun, namun yang bersangkutan sudah berani maju dalam running di Pilgub Jatim 2018. Ini harus ada keberanian dan keikhlasan untuk menjadikan Jatim lebih baik. Dan Ipong sangat berani memutuskan keputusan politik tersebut dan ini sangat beresiko tinggi bagi jabatannya sebagai bupati.
Terkait Partai Demokrat yang memaksakan kehendaknya terhadap Bupati Trenggalek, Emil Dardak, menurut Warsito hal itu tidak dapat dibenarkan. Artinya yang namanya koalisi tentunya harus meninggalkan ego sentralis terkait kepemilikan kursi harus ditinggalkan. Tapi bagaimana mengusung calon yang dikehendaki oleh semua partai koalisi dan yang terpenting dikehendaki oleh KIP.
“Seharusnya Pakde Karwo sebagai Ketua DPD Partai Demokrat tidak memaksakan kehendaknya. Dan harus mendengar keinginan partai koalisi sehingga dapat dibahas bersama-sama,”tandasnya.
Lebih dari itu, tambah Warsito sosok Emil memiliki pengalanan dipanggung politik cukup minim dibanding Ipong. Dimana Bupati Trenggalek ini masih menjabat bupati satu tahun, begitu pula pengalamannya di politik masih belum terlihat. Termasuk kedekatannya di masyarakat belum juga terlihat. Terbukti beberapa waktu lalu, dirinya digugat di Polda oleh masyarakat disana.
“Tuduhan itu benar atau tidak, namun dengan adanya gugatan yang dilayangkan masyarakat ke Polda maka secara otomatis publik menilai Emir sebagai sosok yang tidak dekat dengan rakyat,” pungkasnya.( fik)