BANYUWANGI | BIDIK NEWS – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI menggelar evaluasi pelaksanaan Smart City se-Indonesia di Banyuwangi.
Rapat evaluasi ini diikuti 75 kabupaten/kota di Indonesia yang telah melaksanakan program Smart City. Kegiatan itu digelar selama tiga hari, mulai Selasa – Kamis (18 – 20 Juni 2019)
Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kemenkominfo, Heri Abdul Azis, Banyuwangi merupakan salah satu daerah di Indonesia yang telah mengimplentasikan smart city, dengan label Smart Kampung. Karena itu Banyuwangi dipilih untuk lokasi pertemuan ini.
“Dengan program smart kampungnya, Banyuwangi terbukti berupaya mendekatkan dan mempermudah pelayanan publik dengan menggunakan kendaraan tekonologi komunikasi dan informasi (TIK). Desa-desa pun telah diajak untuk aktif menggunakan TIK,” kata Hery.
Selain itu, Banyuwangi dipilih agar para peserta bisa melihat beragam inovasi berbasis TIK yang telah dikembangkan oleh kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini.
“Beragam inovasi seperti Akta Lahir Procot Pulang Bawa Akta yang memanfaatkan TIK yang dibuat sangat menginspirasi karena memudahkan warga, dan berbagai program lainnya,” imbuh dia.
Hery juga mengungkapkan, inovasi yang dilakukan Banyuwangi itu sederhana, tapi bisa menginspirasi banyak orang. Peserta dari daerah lain bisa langsung melihat bagaimana proses perubahan yang dilakukan Banyuwangi.
“Kami harap, bisa memotivasi peserta lainnya,” ungkapnya.
Heri lalu menerangkan bahwa evaluasi ini dilakukan pada kabupaten/kota yang masuk dalam gerakan smart city pada tahun 2017 dan 2018 yang jumlahnya saat ini mencapai 75 daerah.
“Evaluasi ini tujuannya untuk perbaiki dan peningkatan kualitas dan pengaruh layanan tersebut pada publik. mulai dari mereka yang telah menerapkan Smart Branding, Smart Mobility, hingga Smart Environment kita evaluasi semua bareng-bareng,” jelas Hery.
Dia lalu menyebutkan sejumlah parameter yang harus dijaga dalam pelaksanaan program smart city. Parameter tersebut di antaranya, komitmen, kolaborasi dan public partnership.
“Komitmen, contohnya Banyuwangi yang punya komitmen kuat menjaga identitas kotanya dengan mewajibkan setiap bangunan baru mengangkat arsitektur lokal. Kedua, kolaborasi dengan banyak pihak. Terakhir, ada keterlibatan publik yang tinggi dalam pelaksanaan tersebut,” pungkasnya.(nng)