MALANG | BIDIK – Sekolah kejuruan sebagai wahana pendidikan berbasis keterampilan yang diharapkan menghasilkan lulusan yang terampil dan siap kerja. Akan tetapi banyak lulusan SMK tidak terserap dunia industri karena dinilai tidak disiplin dan tidak punya kemampuan yang memadahi untuk bekerja.
Eeng Ahmadi, pendiri studio Engon Animation mengatakan bahwa mayoritas siswa yang magang di studionya biasanya tidak menguasai keterampilan di bidang yang mereka pelajari.
“anak-anak SMK biasanya harus kami ajari dulu, bahkan mulai hal dasar, jadinya kami agak repot sebetulnya, harusnya mereka sudah terampil tapi nyatanya banyak yang belum bisa” ujarnya saat ditemui beberapa waktu yang lalu (20/11).
Eeng menduga kurikulum yang ada di sekolah menjadi akar masalah keterampilan para siswa SMK tersebut. Menurut Eeng, banyak SMK yang tidak menyiapkan siswanya untuk beradaptasi dengan dunia industri, karena iklim kerja di sekolah sangat berbeda dengan iklim di dunia industri yang sangat penuh persaingan dan tekanan.
“saya juga lulusan SMK, saya dulu di SMKN 4 Malang, tapi di sekolah saya para siswa digembleng untuk siap tempur, kami dibiasakan mencapai target yang tinggi dengan sistem deadline. Hasilnya banyak lulusan sekolah saya yang langsung diterima kerja setelah lulus. Beda dengan sekolah lainnya” lanjutnya.
Eeng mencontohkan ketika dirinya bekerja di studio Infinite Framework, di Batam, disana setiap pekerjaan dibatasi oleh waktu, tidak bisa diselesaikan seenaknya. Jika sampai terlambat akan diberi sanksi dan bisa dipecat. Sebagai perwakilan dunia industri, Eeng berharap agar sekolah kejuruan di kota Malang khususnya, untuk melatih siswanya disiplin dan meningkatkan keterampilan.
“mungkin bisa mencontoh apa yang sudah dilakukan sekolah saya, karena hasilnya siswa bisa disiplin, menghargai waktu dan punya tanggung jawab. Memang tidak santai, tapi itulah kenyataan yang ada di dunia industri, kita harus bisa adaptasi atau kita akan terlempar” pungkas pengusaha muda yang juga alumni SMKN 4 Malang itu. (bima)