BIDIK NEWS | BANYUWANGI -Perpolitikan Indonesia itu sangat dinamis, bisa berubah kapanpun sesuai kondisi dan kebutuhan.
Apalagi menjelang Pilpres 2019 yang kurang dari sebulan kedepan. Berbagai fakta di lapangan saat kampanye di berbagai daerah dan juga hasil dari beberapa lembaga survey tentang persentasi kemungkinan suara masing-masing kandidat Pilpres.
Derasnya arus informasi baik lewat Sosial media maupun media massa yang mengalir baik data real maupun hoax di media sosial ikut memeriahkan ‘Pesta Demokrasi’ lima tahunan ini.
Bukan hanya itu black campaign (kampanye hitam) pun menghiasi informasi yang seliweran di ruang publik. Bahkan muncul juga fitnah dan pembunuhan karakter.
Sungguh pemilu tahun ini terasa beda sekali dengan pemilu-pemilu sebelumnya, pemilu tahun ini cenderung lebih panas dan bahkan panasnya lebih tegang, di masyarakat lapisan bawah terjadi polarisasi, permainan sangat kompetitif karena memang pasangan calon Capres-Cawapres hanya dua paslon.
Melihat arah dukungan Golkar di detik-detik terakhir menjelang Pilpres, ada kemungkinan Golkar sebagai partai senior yang solid dan kuat intuisi politik kekuasaannya akan mengalihkan dukungan ke pasangan calon nomer 02, atau mungkin juga membelah diri sebagian mendukung paslon 01 dan sebagian lagi berada atau mendukung paslon 02.
Atau bisa juga kepalanya di paslon 01, Tapi badannya di paslon 02. Peristiwa ini mungkin saja bisa terjadi mengingat berbagai pertimbangan, diantaranya :
1. Perjalanan elektoral partai Golkar masih di bayang-bayangi PDI-P dan Gerindra, Padahal Golkar selama ini aman di posisi atas, minimal posisi ke dua pemenang pemilu.
Beberapa kali partai-partai pendukung 01 tidak menunjukkan kekompakannya. Itu sering terjadi di media misalnya PSI dengan Nasdem, PKB dengan PPP dan terakhir PSI dengan PDIP dengan tentunya dengan berbagai isu.
Di beberapa wilayah kantong-kantong suara partai Golkar seperti Bandung, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara dan lain sebagainya telah menjadi basis kampanye 02.
Saat Prabowo atau Sandi kampanye disana massa meluber tumpah ruah turun ke jalan. Hal ini tentu dikhawatirkan menggerus suara Golkar yang telah memutuskan tetap bersama 01 dan pastinya akan berdampak negatif pada perolehan kursi di DPR nantinya.
2. Beberapa waktu lalu Akbar Tanjung, tokoh senior Golkar berstatmen bahwa Nasdem memiliki niat jahat kepada Golkar, adalah kode awal agar waspada kepada partai-partai pendukung 01 yang berencana mengambil suara Golkar di daerah-daerah.
Atau bisa juga itu cambuk untuk kader partai Golkar. Mengingat Ketua Umum Nasdem juga mantan politisi senior Golkar, tentu wajar itu di waspadai.
3. Disini saya melihat tidak kalah pentingnya adalah keterlibatan aktif Erwin Aksa saat debat Cawapres yang diselenggarakan KPU tempo hari adalah sinyal bahwa sel-sel Golkar telah berada mantap di 02.
Setelah debat itu hampir semua media dan netizen membicarakannya. Kita smua tahu bahwa Erwin Aksa adalah kader genetik Jusuf Kalla, Wapres RI dua periode yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar.
Ketokohan Erwin Aksa di Golkar tidak bisa dipandang sebelah mata. Pengusaha muda dengan segudang prestasi brilian ini juga mantan Ketua bidang DPP Partai Golkar 2016-2019, pengaruh dan kepiawaiaannya dalam pilkada DKI 2017 lalu salah satu penentu kemenangan bagi Anies-Sandi, Saya melihat Erwin Aksa juga punya ilmu konseptor percaturan politik nasional.
Hampir pilkada dan pilpres yang beliau usung selalu menang, dan hebatnya erwin aksa selama ini banyak di belakang panggung.
Faktor lain seperti tertangkap tangannya (OTT) Ketum PPP Romahurmuzy oleh KPK, issue korupsi jabatan di Kemenag RI, hal ini sangat mengkhawatirkan bisa menjadi penyebab paslon 01 tidak lagi menjadi pemenang di pemilu ini. Selain juga tentu banyak faktor lain.
Setidaknya tiga point di atas, bukan tidak mungkin kalo partai Golkar berubah haluan untuk mendukung 02. Kita lihat kedepan dinamisnya percaturan politik kita.
Penulis : Danu Budiyono
Akitivis Sosial dan Politik Banyuwangi