SURABAYA | bidik.news – Perkembangan ekonomi regional Jatim untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan I/2023 tercatat mencapai Rp712,63 triliun (ADHB) atau Rp448,95 triliun (ADHK), tumbuh 1,02% (q-to-q) atau 4,95% (y-on-y).
Kontribusi pertumbuhan dari sisi produksi didominasi Industri pengolahan (31,00%), dan dari sisi pengeluaran didominasi Konsumsi-RT (60,62%). (Untuk rilis PDRB triwulan II/2023 oleh BPS dijadwalkan 7 Agustus 2023 mendatang).
Hal tersebut dilontarkan Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Jatim, Taukhid saat press conference APBN KiTa Regional Jatim hingga 30 Juni 2023 di Aula Lantai 7 Gedung Keuangan Negara I Surabaya, di Jl. Indrapura, Senin (31/7/2023).
Dijelaskan Taukhid, investasi di Jatim hingga triwulan I/2023 sebesar Rp30,04 triliun, tumbuh 25,59% (y-o-y), terdiri dari PMA Rp14,55 triliun, tumbuh 70,52% (y-o-y) dan PMDN Rp15,49 triliun, tumbuh 0,67% (y-o-y). (data realisasi investasi triwulan II/2023 belum tersedia di https://nswi.bkpm.go.id/)
“Tingkat Inflasi Jatim bulan Juni 2023 sebesar 4,59% (y-on-y), 1,45% (y-t-d), dan 0,10% (m-to-m). Pada Juni 2023 (m-to-m), dari 11 kelompok pengeluaran 2 kelompok pengeluaran mengalami deflasi, yaitu transportasi (-0,51%) dan perawatan pribadi dan jasa lainnya (-0,06%) dan 9 kelompok pengeluaran
mengalami inflasi,” katanya.
Kelompok pengeluaran dengan inflasi tertinggi pada Juni 2023, yaitu perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 0,38% (m-t-m). Berdasarkan klasifikasi komponen
bahan makanan (BaMa) dan energi, komponen Bama mengalami inflasi 0,34% (m-t-m), 3,40% (y-on-y), 3,20% (y-t-d), komponen energi mengalami inflasi 12,80% (y-on-y), namun mengalami deflasi baik m-to-m (0,78%) maupun y-t-d (1,28%).
Neraca Perdagangan (NP) Jatim Juni 2023 defisit US$0,66 miliar (sektor migas defisit US$0,29 miliar dan
non migas defisit US$0,37 miliar). Impor Juni di 2023 terkontraksi 14,39% (m-to-m) dan 31,42% (y-o-y). Impor Juni 2023 masih didominasi oleh bahan baku/penolong (75,61%).
“Berdasarkan komoditas, impor pada Juni 2023 didominasi sektor migas (BBM) 10,62%. Sementara untuk ekspor terkontraksi 19,37% (m-to-m) dan 25,08% (y-o-y). Ekspor non migas berkontribusi 94,82% dari total ekspor Juni 2023,” ujar Taukhid.
Sementara untuk kunjungan wisman Mei 2023 melalui Bandara Juanda, lanjutnya, mencapai 15.734 kunjungan, tumbuh 27,29% (m-to-m) dan 242,19% (y-on-y). Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel 40,38%, tumbuh 24,41% (m-to-m). Rata-rata Menginap Tamu (RLMT) Hotel tumbuh menjadi 1,62 hari dari bulan April sebesar 1,57 hari.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Surabaya bulan Juni 2023 sebesar 132,2, tumbuh 0,33% (m-to-m) dibanding Mei 2023 sebesar 131,8. IKK Kota Surabaya lebih tinggi dibanding IKK Nasional 127,1. Sedangkan Indeks Penjualan Riil (IPR) Kota Surabaya diproyeksikan 441,2 terkontraksi 5,57%
(m-to-m) dari Mei-2023 sebesar 468,2.
Ditambahkannya, PMI Manufaktur Indonesia Juni 2023 tercatat 52,5, naik dibanding Mei 2023 tercatat 50,3. PMI manufaktur Indonesia konsisten diatas angka 50,0 (ekpansif) sejak September 2021. Sementara PMI manufaktur dunia tercatat 49,60 (dalam fase kontraksi).
“Kondisi ekonomi regional Jatim pada triwulan II/2023 menunjukkan perkembangan yang cukup baik.
Beberapa indikator seperti IKK Juni 2023 yang tumbuh 1,90% dibanding IKK Maret 2023, IPR Juni 2023 juga tumbuh 2,71% dibanding Maret 2023, Inflasi yang semakin melandai di Juni 2023 sebesar 4,59% (yoy) dibanding Maret 2023 sebesar 6,13%,” tegasnya.
Selain itu, terjaganya nilai tukar rupiah terhadap US Dolar dan PMI manufaktur Indonesia yang terus dalam fase ekspansif. Meski terjadi perlambatan pada perdagangan luar negeri dimana export terkontraks 10,39% (qtq) dan import yang tumbuh hanya 1,63%
(qtq).
Selain itu implementasi kebijkaan fiskal di Jatim pada Triwulan II/2023 juga menunjukkan perkembangan yang sangat baik pada sisi APBN, dimana belanja negara tumbuh 15,77% (qtq) maupun pada sisi APBD konsolidasian dimana belanja daerah tumbuh 67,29%.
“Sehingga diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan II/2023 sebesar 2,54% (q-to-q), 5,10% (y-on-y), dan 5,02% (c-to-c) tercatat 50,0 (menguat dibanding bulan sebelumnya),’ ucap Taukhid.
Perkembangan Realisasi APBN Regional & APBD Konsolidasian.
Realisasi APBN Regional:
Realisasi Pendapatan Negara hingga Juni 2023 mencapai Rp125,22 triliun atau 48,79% dari total target yang ditetapkan, yaitu Rp256,67 triliun. Namun secara prosentase mengalami kontraksi 12,24% (yoy) dan secara nominal juga mengalami kontraksi 5,56% (yoy).
“Penyebab kontraksi ini karena PPh terkontraksi 8,29%, cukai terkontraksi 18,06%, pajak lainnya terkontraksi 23,64%, bea masuk terkontraksi 8,84%, dan bea keluar terkontraksi 30,52%. Hanya PPN yang tumbuh positif 1,69% dan PBB 7,43%,” terangnya.
Sedangkan pendapatan negara dari PNBP tumbuh positif 11,66%. Penerimaan pajak 52,78% (Rp53,79 triliun) dari target (Rp101,91 triliun),
secara nominal tumbuh 0,90% (yoy) ditopang pertumbuhan PPN dan PBB. Penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai 45,39% (Rp68,04 triliun) dari target (Rp149,90 triliun), secara nominal terkontraksi 10,68% (yoy) karena perlambatan penerimaan BK ,BM dan cukai.
Sedangkan Realisasi PNBP 69,68% (Rp3,39 triliun) dari target (Rp4,87 triliun). Belanja negara hingga 30 Juni 2023 mencapai Rp57,71 triliun atau 47,00%, tumbuh positif, secara persentase, realisasi tumbuh 5,46% (yoy) dan secara nominal tumbuh positif 1,11% (yoy).
Realisasi Belanja K/L Rp20,23 triliun atau 44,90% dari alokasi TA 2023 sebesar Rp45,04 triliun yang secara nominal tumbuh positif 14,78% (yoy). Pertumbuhan ditopang belanja pegawai Rp11,05 triliun, dan belanja barang Rp7,14 triliun. Keduanya tumbuh positif baik nominal maupun presentase.
Sementara pada belanja modal mencapai Rp1,97 triliun yang mengalami kontraksi secara nominal namun tumbuh secara presentase.
Sebaliknya pada realisasi belanja bansos mencapai Rp0,05 triliun, tumbuh positif secara nominal, namun mengalami kontraksi secara persentase.
Realisasi TKD mencapai Rp37,49 triliun atau 48,21% dari alokasi TA 2023 sebesar Rp77,76 triliun. Secara keseluruhan secara persentase mengalami kontraksi 0,19% dan secara nominal juga terkontraksi 4,99%.
Realisasi APBD Konsolidasian:
Sampai 30 Juni 2023, realisasi pendapatan daerah cukup tinggi meski masih terkontraksi. Dengan realisasi belanja daerah cukup rendah hanya 27,30%, maka terjadi surplus Rp19,35 triliun. Dengan Pembiayaan netto Rp9,20 triliun, saldo SILPA menjadi Rp28,56 triliun.
Realisasi pendapatan APBD konsolidasian se Jatim hingga 30 Juni 2023 mencapai Rp55,87 triliun atau 45,68% dari target TA 2023. Realisasi belanja daerah APBD konsolidasian se-
Jatim Rp36,51 triliun atau 27,30% yang didominasi oleh komponen belanja pegawai Rp17,83 triliun atau 48,48% dari total belanja daerah konsolidasian.
Proporsi TKD terhadap pendapatan daerah 67,10% menunjukkan bahwa
dukungan dana pusat melalui TKD masih menjadi faktor dominan sumber pendanaan APBD di Pemda se-Jatim.
Surplus Anggaran hingga 30 Juni 2023 sebesar Rp19,35 triliun, dengan pembiayaan bersih Rp9,20 triliun menghasillkan SILPA hingga 30 Juni 2023 mencapai Rp28,56 triliun.
Perkembangan Kredit Program di Jatim
Sampai 30 Juni 2023, realisasi penyaluran kredit program mencapai Rp16,58 triliun kepada 475.452 debitur yang terdiri dari penyaluran KUR Rp16,02 triliun kepada 322.962 debitur, UMi Rp0,56 triliun kepada 152.490 debitur.
“Penyaluran KUR mengalami kontraksi berdasarkan debitur maupun nominal masing-masing 57,75% (debitur) dan 49,46% (nominal) dari capaian sepanjang 30 Juni 2022. Dan penyaluran UMi juga mengalami kontraksi baik debitur maupun nominal masing-masing sebesar 7,81% (debitur) dan 0,21% (nominal),” pungkas Taukhid.