MAGELANG | bidik.news – Kepala Bank Indonesia (BI) Jatim Doddy Zulverdi memaparkan, bahwa kondisi ekonomi Jatim hingga jelang akhir tahun 2023 masih relatif membaik. Dimana BI mencatatkan perekonomian di Jatim pada triwulan III/2023 masih sesuai target meski melambat, tapi hal itu tidak berpengaruh signifikan.
“Perekonomian global saat ini masih melambat, namun domestik relatif stabil. Meski demikian, BI tetap mengimbangi dengan berbagai kebijakan agar ekonomi domestik tetap baik,” ujar Doddy saat Capacity Building & Bincang Bareng Media di Ballroom Hotel Pelataran Heritage Borobudur Magelang, Rabu (15/11/2023).
Jatim, kata Doddy, menjadi salah satu indikator perekonomian nasional. Di triwulan III/2023, pertumbuhan ekonomi Jatim sebesar 4,86%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Jawa yang berada di angka 5,83%. Sedangkan ekonomi Jawa masih melemah jika dibanding tahun lalu pada triwulan III, yakni 4,83%, tapi ini masih dikatakan baik.
“Angka tersebut ditopang oleh faktor rumah tangga, lapangan usaha, industri pengolahan dan pertanian yang positif, disertai kualitas kredit yang baik.
Sementara, survei konsumen menyebut, di Jatim trennya menguat,” ujarnya.
Data per Agustus-Oktober terjadi peningkatan, untuk Agustus 131,02%, September 131,13% dan Oktober 139,06%. Hal ini karena di support dengan berbagai kebijakan dari BI.
“Pertumbuhan perekonomian di Jawa itu jadi indikator nasional. Kalau di Jawa anjlok, jelas berdampak ke nasional. Karena kontribusi Jawa itu 60% terhadap perekonomian nasional. Nah, dari seluruh daerah di Jawa, Jatim menjadi satu yang penting,” tandasnya.
“Alhamdulillah ekonomi domestik kita masih baik dibanding negara lain, karena konsumsi rumah tangga dan investasi yang terus tumbuh,” tuturnya.
Dijelaskannya, BI Jatim pun berupaya mengimbangi dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendongkrak ekonomi domestik ke depan semakin baik. Diketahui saat ini dampaknya yakni kenaikan suku bunga di domestik serta nilai tukar rupiah yang tertekan.
“Pertumbuhan itu ditopang masih tingginya konsumsi rumah tangga. Juga sektor pengolahan, pertanian membuat perekonomian mencapai level pertumbuhan tinggi,” terangnya.
Untuk inflasi, kata Doddy, per Oktober 2023 ini berada di angka 3,25%. Memang angkanya lebih tinggi dari inflasi nasional namun masih sesuai track, yakni 3% plus minus 1%.
Inflasi itu karena kenaikan harga beras dan beberapa kenaikan komoditas pangan lain.Namun yang membanggakan pertumbuhan kredit korporasi dan rumah tangga masih meningkat.
“Pertumbuhan di triwulan III ini sebesar 8,17% lebih tinggi dari triwulan II yang berada di angka 7,2%. Dan non performing loan atau kredit macetnya lebih terkendali dibanding triwulan kedua,” pungkas Doddy.