SURABAYA | BIDIK.NEWS – Melalui UPT Taman Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim, Teater Api Indonesia (TAI) menggelar pentas seni berjudul “Toean Markoen” di Gedung Cak Durasim, Getengkali, Surabaya, Sabtu (8/10/2022) malam.
Lakon Toean Markoen yang disutradarai Luhur Kayungga ini merupakan adaptasi dari naskah drama Mesin Hamlet karya Heiner Muller.
Dijelaskan Luhur, melalui lakon ini, TAI ingin menyampaikan pesan tentang industri sebagai buah pikiran dari kaum kapitalis yang sebenarnya cuma siklus atau lingkaran setan yang pada akhirnya menghancurkan lingkungan dan menjadi tragedi kemanusiaan.
“Industri yang dibangun para kapitalis menculik satu peradaban dan generasinya. Mereka membabad hutan, mencaplok sawah-sawah, mengeruk isi alam, lalu mencuci otak dan memperbudak orang-orang menjadi alat produksi,” ucap Luhur.
Luhur menambahkan, dalam pentas Toean Markoen ini, berkisah sejak mula industri hanya menjadi rentetan problem. Mulai dari masalah perbudakan, hingga penggusuran tenaga manusia diganti mesin.
Konsekuensi logis dari hadirnya industri adalah polusi dan pencemaran. Semua menggenangi lingkungan dan meracuni kehidupan banyak orang. Hutan, sawah, sumber air, tanah telah mengalami kehancuran karena limbah dan polusi,” urainya.
“Hutan telah dibabat, sawah telah habis, air mengering, tanah telah keropos dan berlubang karena industri. Alam hanya menyisakan satu pohon untuk kehidupan banyak mahluk. Sebuah ironi besar dan keprihatinan untuk keberlangsungan kehidupan,” kata Luhur yang juga Sekjen Dewan Kesenian Surabaya (DKS) ini.
Sementara, Kepala UPT Taman Budaya Jatim Samad Widodo menyampaikan, kegiatan ini sebagai wujud melestarikan kebudayaan. Kebudayaan warisan dari masa lalu, yang memiliki nilai-nilai luhur yang tinggi dan perlu terus dilestarikan serta diwariskan kepada generasi penerus.
“Mencintai dan menghargai kebudayaan kita sendiri sangat penting. Karena itu, untuk memperkuat peran nyata pemerintah dalam fungsi pelestarian, pengembangan, dan penyebarluasan produk karya seni budaya bangsa. Maka Disbudpar Jatim melalui UPT Taman Budaya menggelar pentas seni dari TAI di Gedung Cak Durasim,” ujar Samad.
Menurutnya, pentas seni yang diadakan untuk menumbuhkembangkan kehidupan dan kreativitas seniman muda di Jatim. Juga menjadi ajang silaturahmi dan jejaring antarpelaku seni dan juga masyarakat pada umumnya.
“Kami ingin memberikan ruang apresiasi seniman di Jatim, serta sarana rekam jejak (dokumentasi) dalam wujud karya dan kegiatan pagelaran,” katanya.
Ke depan, lanjut Samad, Disbudpar melalui UPT Taman Budaya Jatim berharap TAI dapat menjadi pemicu dan pemacu tumbuhnya kelompok-kelompok teater modern di Jatim yang pasti akan melahirkan karya-karya teater di masa mendatang.