Lagi-lagi kisah sekitar tambang kembali terukir menjelang hari raya ini, awal bingkisan yang mungkin dianggap sebagai wahana menyentuh warga, ternyata berubah menjadi serangan balik untuk pihak korporasi, karena diduga parcel unyil tersebut kurang layak konsumsi, sehingga membuat warga kembali meradang.
Sebagai sebuah korporasi besar sekelas Merdeka Copper Gold, tentu ini menjadi tamparan dengan ketidakprofesionalan tim mereka dan yang lebih penting, cara mereka “merayu” warga tapak tambang tetap belum berhasil signifikan.
Kegigihan warga tapak tambang melawan adalah sebuah perjalanan panjang setelah di era terdahulu ada kriminalisasi pejuang tolak tambang dengan dalih komunisme, kini juga berbagai cara untuk “menaklukkan” para pejuang tolak tambang juga terus dilakukan.
Melihat kondisi Salakan tentu ini akan terus dilakukan penetrasi oleh korporasi untuk masuk ke zona baru itu untuk memperluas konsesi mereka, karena kandungan emas di Salakan tentu membuat air liur korporasi untuk bisa mengeksploitasi Salakan tentu akan menggunakan berbagai cara.
Salakan adalah gunung di belakang dusun Pancer dan kaki kakinya menapaki desa tetangga, dan Salakan ini tentu akan menjadi konsesi baru setelah Tumpang Pitu. Salakan yang hari ini menjadi sandaran kehidupan bagi warga ketika laut sedang tidak bersahabat, menjadi satu simpul yang sedang di pertahankan oleh sebagian warga agar nafsu angkara tidak menjarah Salakan, karena setelah Tumpang Pitu porak poranda, maka Salakan menjadi satu satunya harapan agar gugusan gunung yang ada di lingkar desa Sumberagung tetap bisa asri dan tetap ada.
Walhasil, hari ini seperti kita cermati, akan ada mutasi Kapolresta Banyuwangi, Kombes Nasrun Pasaribu digantikan AKBP Deddy Foury Milewa, yang sebelumnya menjabat Wadirpamobvitnas Polda Jatim. Tentu ini membuat sebagian aktifis di Banyuwangi mengernyitkan dahi seraya bertanya apakah ada hubungannya dengan rencana exploitasi Salakan?
Tapi, apapun itu hendaknya Kapolresta baru ke depan tidak hanya melihat dari sisi korporasi saja, tapi juga bisa melihat bagaimana rakyat memperjuangkan dan mempertahankan Salakan dari nafsu besar korporasi untuk pada akhirnya bisa menambang di sana.
Karena, sekali korporasi masuk ke Salakan, maka fase fase pertambangan akan dapat dipastikan di lakukan di Gunung Salakan.
Maka, mumpung masih suasana idul fitri (jadi teringat Kasun Pancer yang bernama Fitri juga 😁).
Sebelum serah terima jabatan Kapolresta Banyuwangi, kami ucapkan Selamat Datang Kapolresta Banyuwangi yang baru, kami berharap penanganan Salakan ke depan tidak mengedepankan pendekatan represif dan kekerasan untuk warga yang terus berjuang menolak explorasi Salakan, lakukan pendekatan humanis yang setara terhadap warga di sana.
Meski bagi kami yang akademisi tolak exploitasi Salakan adalah harga mati untuk terus disuarakan, karena cukuplah Tumpang Pitu yang sudah terlanjur porak poranda tapi tidak untuk Salakan.
Jadi, mari kita tetap jaga alarm solidarity dengan menggaungkan di berbagai media #savesalakan #jangantambangsalakan sebagai sebuah panggilan solidaritas bagi semua anak bangsa agar Salakan tetap lestari.
Fajar Isnaini
Akademisi, Ketua Kaukus Muda Banyuwangi