SURABAYA – Johan Avie SH, adalah salah satu pengacara muda berasal dari kota Surabaya, Jawa Timur. Dedikasi dan loyalitas adalah bagian prinsip hidup sosok pria kelahiran 24 Mei 1990 ini.
Berkarir sebagi seorang Advokat sudah menjadi cita-cita Johan semenjak kecil. Terlahir dari orang tua yang berprofesi sebagai akademisi, Johan menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, pada tahun 2008.
” Saya angkatan 2008 di Unair, saya ini dulunya aktivis lho mas,” ungkap pria berperawakan sedang ini.
Johan kemudian menceritakan, sebelum menjadi Advokat, ia lebih dahulu dikenal sebagai aktivis sosial. Sejak tahun 2013, Johan sudah mengabdikan dirinya untuk masyarakat minoritas. Ia pernah menjadi relawan pengungsi Sampang di tahun 2013-2015.
” Waktu jadi aktivis, saya pernah ke Sampang mas. Jadi relawan pengungsi disana,” terangnya.
Berbekal latar belakang sebagai aktivis tersebut, pria bersahaja ini kemudian merintis karir profesionalnya sebagai seorang Advokat pada tahun 2017. Di tahun itu, Johan dan 3 orang teman sejawatnya mendirikan Kantor Hukum JAT & Partners.
” Saya pernah menjadi salah seorang anggota Tim Advokasi Salim Kancil di tahun 2016, bahkan hingga saat ini saya masih terus mendampingi keluarga Alm. Salim Kancil,” katanya.
Di tahun 2017, masih kata Johan, ia mengaku berhasil memperjuangkan hak kliennya untuk mendapatkan pembayaran klaim asuransi. Angka yang dimenangkan pun tidak main-main, totalnya sebesar Rp. 5 miliar. Melalui tangan dinginnya, Johan berhasil mendesak pihak asuransi untuk membayar klaim kliennya secara damai, tanpa harus bersidang.
“Yo pas bejone ae mas, pihak lawan gelem mbayar sakdurunge tak gugat (Ya karena beruntung saja, pihak lawan mau membayar sebelum saya gugat),” beber Johan dengan bahasa khas Suroboyo-an.
Advokat yang baik itu, menurut Johan, harus bisa mengedepankan penyelesaian perkara secara damai. Meski Ia mengaku tidak semua perkara dapat diselesaikan secara damai. Seorang klien pasti mencari advokat yang bisa menyelesaikan perkaranya se-efisien dan se-efektif mungkin. Satu-satunya cara yang bisa mengakomodir keinginan itu adalah melalui perdamaian.
” Penyelesaian perkara melalui jalan damai itu dapat menguntungkan semua pihak, dan tidak memakan waktu lama. Untuk itu, seorang Advokat harus berpikir keras mengenai strategi hukum yang tepat agar perkara yang ditanganinya dapat diselesaikan secara damai, tanpa melalui pengadilan,” jelasnya.
Setiap perkara yang ditangani oleh seorang Advokat tentu memiliki kompleksitas dan tantangannya sendiri-sendiri. Oleh karena itu, seorang Advokat mau tidak mau harus terus belajar dan mengembangkan kemampuannya. Jika tidak, maka ia akan kelimpungan saat menangani perkara yang sulit.
” Kalau ga mau belajar, pastinya akan kelimpungan saat menangani suatu perkara yang sulit,” tutur Johan.
Di sisi lain, Johan berpendapat bahwa seorang Advokat harus memiliki independensi untuk menentukan sikapnya saat menjalankan profesinya. “Advokat itu dapat menentukan apakah tetap menangani perkara itu atau tidak. Kalau ada hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani, kita bisa memilih untuk mundur.” kata Johan saat membeberkan alasan mengapa ia memilih menjadi seorang Advokat.
Kini, Johan mengaku lebih banyak menangani kasus-kasus korporasi dan sengketa hukum bisnis. Setidaknya, ada lebih dari 3 perusahaan di Surabaya dan sekitarnya yang mempercayakan permasalahan hukumnya kepada Johan dan Kantor JAT & Partners.
Meski begitu, ia tetap bergaya casual dan sederhana. Tongkrongannya di warung-warung kopi pinggir jalan, bukan di café-café mahal. Hingga kini, ia pun masih sering terlihat mendampingi orang-orang yang tidak mampu dan kelompok minoritas. “Advokat itu punya fungsi social, bukan semata-mata profesi untuk mencari uang mas,” ujarnya.
Saat disinggung terkait tampilannya yang jauh dari kata parlente, dengan hanya mengenakan celana jeans dan kemeja lengan pendek yang selalu jadi seragam favoritnya, Johan tersenyum.
” Enak begini mas, biar nggak dikira Advokat, soalnya nanti nggak bisa ngajukan kredit. Hehehe,” candanya.
Sedangkan terkait model rambutnya yang selalu bergonti-ganti warna. Johan mengaku, mewarnai rambut membawa hoky (keberuntungan) tersendiri untuk dirinya. “Nek rambutku tak semir, rejekiku tambah akeh e mas (kalau rambutku dicat, rejekiku bertambah banyak),” ķata Johan sembari tertawa lebar.