BOGOR – DKI Jakarta menjadi salah satu kota besar yang dihadapkan dengan persoalan sampah serta telah masuk dalam kategori darurat. DKI Jakarta menghasilkan 7.500 – 8.000 ton sampah setiap harinya. Sehingga Pemprov DKI Jakarta dituntut menemukan solusi mengatasi permasalahan sampah di ibu kota.
Hal ini terealisasi melalui penandatanganan perjanjian kerja sama antara DLH DKI Jakarta, PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk dan PT Unilever Indonesia Tbk tentang pengelolaan dan pemanfaatan sampah domestik TPST Bantargebang menjadi bahan bakar alternatif berupa RDF (Refused Derived Fuel).
Upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah di TPST Bantargebang ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun pelaku industri. Terkait realisasi selanjutnya, DLH DKI dan SBI menggandeng Unilever sebagai wujud komitmen Unilever berkontribusi megurangi penggunaan kemasan plastik.
Saat ini Pemprov DKI Jakarta mengirim sampah ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi. TPST Bantargebang sendiri telah beroperasi sejak 1989 dan terus mengalami peningkatan penerimaan jumlah sampah setiap tahun. Kapasitas TPST Bantargebang diperkirakan akan penuh pada 2021, sehingga dibutuhkan solusi pengurangan timbunan sampah.
“Metode pemanfaatan ini pengembangan inovasi perusahaan mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia dengan memanfaatkan energi alternatif dari berbagai lini. Kami ingin memberikan solusi jangka panjang dalam mengatasi sampah domestik yang dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.”, ujar Direktur Manufaktur SBI, Lilik Unggul Raharjo, Rabu (30/9/2020).
Sedangkan Ir. Andono Warih, M.Sc, Kadis Lingkungan Hidup DKI Jakarta memandang, MoU ini keseriusan pihak produsen yang telah mengambil langkah proaktif dan upaya konkret mendukung pengelolaan sampah. “Kolaborasi dan pembagian peran sangat penting. Produsen memiliki peran besar mengatasi sampah plastik bersama pemerintah dan masyarakat, layaknya Unilever Indonesia dan SBI sebagai mitra kami dalam proyek ini,” imbuhnya.
Sementara Rizki Raksanugraha, Director of Supply Chain PT Unilever Indonesia Tbk menjelaskan, permasalahan sampah plastik merupakan isu pelik yang membutuhkan perhatian dan kerja sama lintas sektor. Unilever percaya, sampah plastik memiliki tempatnya di dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan.
“Kami percaya, sampah plastik jika dikelola dengan baik akan bisa menjadi sumber daya yang berguna. Upaya kolaborasi ini sangat penting untuk tidak hanya menciptakan lingkungan yang bersih, namun juga memberikan manfaat secara ekonomi,” tutupnya.