SURABAYA – Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan social distancing untuk mengurangi penyebaran wabah covid-19 telah memukul berbagai sektor ekonomi di dalam negeri maupun global. Imbasnya, Jamhadi memprediksi, pertumbuhan ekonomi akan anjlok, namun tetap positif.
Hal ini dikatakan pria yang jadi Ketua Aliansi Pendidikan Vokasi Seluruh Indonesia (APVOKASI) Jatim tersebut usai melakukan analisa bersama beberapa tim pakar ekonomi.
“Saat ini banyak yang memprediksi pertumbuhan ekonomi dengan asumsi pandemi covid-19 sampai akhir 2020. Ada yang sampai September 2020. Dari analisis kami, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakalan kontraksi sekitar 2% walau pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi defisit. Tapi jika berkepanjangan sampai kurtal I/2021, bisa 1%,” ujar Jamhadi baru-baru ini.
Untuk pertumbuhan ekonomi Jatim tidak akan jauh berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jamhadi menyebutkan, sampai akhir tahun dikisaran 3%, dan pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya 35%.
“Kita tahu, ekonomi growth didapat dari 4 indikator. Pertama, dari ekspor-impor Untuk bisa ekspor –impor, harus produksi. Kedua, investasi Pemerintah, lalu investasi swasta. Lalu keempat ialah konsumsi. Dari 4 indikator itu, yang tidak bisa dihindari ialah konsumsi,” kata Jamhadi, Ketua Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara (YKPN) Jatim.
Jamhadi kembali menjelaskan, konsumsi memegang 50% dari pertumbuhan ekonomi dikala pandemi covid-19 ini. Sebut saja pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2019 sebesar 5,5%, Jatim 5,6%, dan Surabaya 6,4%, separuhnya ialah konsumsi.
“Konsumsi makanan dan minuman dikala pandemic berganti jadi obat-obatan dan alat kesehatan. Jika sandang menyesuaikan, dan papan tidak cenderung beli baru kecuai rumah tangganya sangat perlu dan disiapkan sebelum pandemi,” kata Jamhadi, salah satu pendiri Surabaya Creative City Forum (SCCF).
Disisi lain, Jamhadi mengapresiasi langkah Pemerintah yang tanggap terhadap dunia usaha dengan memberlakukan new normal, yang kemudian direvisi jadi adaptasi kebiasaan baru. Dalam situasi ini, kata Jamhadi, ada yang karantina di rumah secara mandiri, ada pula yang beraktivitas ekonomi di luar rumah.
Dari kebijakan new normal itu, Jamhadi menyebutkan ada peluang ekonomi yang bisa dimanfaatkan dengan mengikuti protokol kesehatan sehingga masyarakat tetap produktif.
“Aktivitas new normal untuk kembali produktif disaat perusahaan omzetnya turun, profitnya turun. Sementara kebutuhan biaya hidup tidak bisa ditekan, bisa jadi meningkat karena orang selalu menjaga imunitas diri. Kita tidak perlu khawatir berlebihan, harus punya ide dan solusi. Karena seluruh dunia mengalami hal yang sama, hampir semua negara di dunia,” pungkas CEO PT Tata Bumi Raya ini.