SURABAYA – Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah mengajak masyarakat menebarkan tag “Ekspor itu Gampang”. Ajakan itu agar Indonesia mengikuti jejak negara lain seperti Vietnam, Thailand, Korea dan Turki, yang dengan mudah dapat melakukan kegiatan bisnis ekspor.
“Pertemuan ini diharapkan dapat mengubah paradigma pelaku usaha agar bersemangat dalam memanfaatkan peluang di pasar global, mengingat potensi produk ekspor Jatim dan Indonesia sangat besar,” kata Difi saat ‘Ngopi Bareng’ secara virtual yang diikuti 272 orang, Rabu (24/6/2020).
Difi juga menambahkan, BI Jatim juga akan terus berkoordinasi dengan KPw BI di Tokyo, Singapura, dan Beijing, serta perwakilan dagang di Australia dan negara lainnya untuk menjajaki potensi ekspor UMKM.
Sementara M Yatim dari Kantor Wilayah Bea Cukai Jatim menjelaskan, ada fasilitas berupa KITE IKM yang diberikan Dirjen Bea Cukai kepada UMKM yang telah memenuhi persyaratan untuk menjadi IKM ekspor. Fasilitas ini ditujukan tidak hanya kepada pengusaha besar saja, namun sekarang juga menyasar pada pelaku usaha kecil atau IKM.
Dengan fasilitas itulah, Dirjen Bea Cukai tidak hanya memfasilitasi kegiatan impor saja, namun juga berkomitmen untuk memfasilitasi kegiatan ekspor IKM berupa fasilitas pembebasan mesin, pembebasan bahan baku, pembebasan barang-barang contoh, serta fasilitas PLB yang berfungsi sebagai tempat pameran pemasaran produk untuk dapat dilihat pengusaha asing.
“Intinya Dirjen Bea Cukai siap membantu mendorong kegiatan ekspor untuk UMKM dengan memberikan kemudahan prosedur impor tujuan ekspor bagi pelaku usaha atau IKM,” tandas M.Yatim.
Fernanda Reza dari Free Trade Agreement (FTA) Center Surabaya juga mengemukakan, tujuan utama dibentuknya FTA untuk meningkatkan ekspor, yaitu dengan melakukan percepatan penyelesaian perjanjian perdagangan dengan negara lain. Sehingga Indonesia memiliki daya saing yang tidak kalah dengan negara lain.
Dalam rangka persiapan Indonesia Australia – CEPA (IACEPA) yang akan berlaku mulai 5 Juli 2020, semua pelaku usaha diimbau untuk melakukan kegiatan ekspor ke Australia, karena produk Indonesia masuk ke Australia tarifnya 0%. Reza menyebutkan, sampai 2019, impor Indonesia ke Australia masih lebih besar ketimbang ekspornya.
WTO memperkirakan, akibat Pandemi Covid-19, perdagangan global akan turun tahun ini, bahkan negara besar pertumbuhan ekonominya sudah minus. Sehingga berpengaruh pada ekspor Indonesia yang juga menurun.
Dengan adanya peluang IACEPA, diharapkan ekspor Indonesia akan naik, mengingat Australia banyak melakukan investasi di Indonesia, namun dalam hal industri pengolahan masih kurang bersaing dibanding Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan Indonesia, mengingat industri pengolahan di Indonesia lebih kuat. Sehingga bahan baku yang diinvestasikan Australia akan diolah di Indonesia dan hasilnya akan diekspor ke Australia dan negara lainnya.
Sedangkan Septrianto Maulana, Sekretaris Umum GPC HIPMI Gresik mengatakan, UMKM merupakan penggerak perekonomian negara, sehingga perlu dikembangkan untuk dapat bersaing di pasar global.
Menurutnya, dalam impor/ekspor selalu membutuhkan peran dari logistik yang dikenal dengan Freight Forwarder, yaitu perusahaan yang memberikan pelayanan jasa dalam pengurusan dokumen maupun pengiriman dan penerimaan barang ekspor maupun impor melalui jalur udara maupun jalur laut. Lingkup perusahaan logistik ini tidak hanya dari satu negara ke negara lain (door to door), bisa juga hanya sebagian saja yang mengurusi ekspornya hanya sampai barang keluar dari Indonesia.
Hal itu, lanjut Septrianto, tergantung dari kerjasama pemilik barang dengan perusahaan logistik dan alur logistik yang dijalankan. Meski peluang ekspor produk UMKM cukup luas, namun UMKM yang sudah menjalankan ekspor masih tidak lebih dari 15%. “Padahal produk kita cukup diminati oleh negara-negara lain,” pungkasnya.