BALI-Desa Penglipuran adalah salah satu desa adat yang ada di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena masyarakatnya mampu menjaga nilai-nilai luhur budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Keunikan inilah yang membuat Humas dan Protokol Pemprov Jatim dengan mengajak wartawan Pokja Prov Jatim untuk melakukan studi banding dan ingin mengetahui secara langsung tentang profil desa wisata Penglipuran untuk dijadikan referensi (adopsi) oleh Pemrov Jatim yang juga mempunyai pengembangan desa wisata di wilayah Batu Malang, pada Senin, (27/01/2020).
Selain itu, Desa Penglipuran dinobatkan sebagai desa terbersih ketiga di dunia. Yang menarik, desa ini melarang warganya hidup dua istri (poligami). Jika ketahuan berselingkuh atau beristri lagi, risikonya bakal dikeluarkan dari desa mereka.
Keunikan lainnya, selain alami suasana desa dan aktivitas warganya, di desa ini tidak ada lalu lalang kendaraan bermotor. Warga, beraktivitas layaknya di hari-hari biasa. Sementara, para wisatawan bisa berlalu lalang dan leluasa masuk ke pekarangan rumah warga.
Pastinya ketenangan akan didapat jika singgah di desa ini. Bahkan ditempat ini juga terdapat penginapan bagi turis yang ingin bermalam menikmati indahyan suasana malam hari yang bisa berbaur dengan masyarak
at desa.
Sesepuh desa Wisata Penglipuran, I Nengah Muneng bersama Kadiskominfo Kabupaten Bangli, I Wayan Dirgayusa, menyampaikan, Desa Penglipuran merupakan desa wisata maju berprestasi di tingkat nasional, bahkan International.
Desa Penglipuran lanjut I Nengah Muneng, menyandang status International sebagai desa berpredikat terbersih nomor 3 dunia. Predikat ini (keunikan) harus dipertahankan, dan bisa menjadi lebih baik lagi.
“Untuk pertamakalinya Desa Penglipuran memperoleh penghargaan Kalpataru (1995), Desa terbersih nomor tiga dunia versi Majalah International Boombastic (2016), Indonesia Substainable Tourism Award (2017) dan terakhir Substainable Destinations Top 100 versi Green Destination Foundation,” ujar I Nengah Muneng saat menerima rombongan wartawan Pokja Prov Jatim, Senin (27/1/2020).
Selain suasana desanya elok, asri dan nyaman,dan bebas dari suara bising suara kendaraan mobil maupun sepeda motor,
Masyarakat desa ini menjaga dan mempertahankan adat sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara saat berkunjung. Ditambah keramahan masyarakatnya saat menyambut tamu/wisatawan.
Melarang Berpoligami
Bahkan untuk perilaku warga juga dijaga. Seperti halnya larangan berpoligami. “Masyarakat Desa Penglipuran, dilarang mempunyai lebih dari satu istri (poligami). Jika mempunyai lebih dari satu istri, maka ia dan istri-istrinya harus pindah dari karang kerti ke karang memadu (masih didalam desa tetapi bukan bagian utama),” papar I Nengah Muneng.
Dikemukakan, hak dan kewajibannya sebagai warga Desa Adat Penglipuran juga akan dicabut. Setelah orang tersebut pindah, maka akan dibuatkan rumah oleh warga desa tetapi mereka tidak akan boleh melewati jalanan umum ataupun memasuki Pura dan mengikuti kegiatan adat.
Disebutkan, desa ini memiliki visi berbasis masyarakat. Warganya sepakat terus menjaga keunikan budaya dan kebersihan lingkungan. Dari kesepakatan bersama yang terus dijaga itu, masyarakat juga merasakan manfaatnya. Untuk pemerintah tentu ada pendapatan yang masuk dari kunjungan wisatawan baik dari dalam dan luar negeri.
Simbiosis terjalin, masyarakat tidak hanya jadi obyek tapi juga mendapatkan manfaat, diantaranya dengan memajang, menjual berbagai pernak pernik di teras rumah, dijual u pengunjung.
Sedangkan, untuk ‘ancaman’ masuknya budaya asing pun ada kesepakatan saling menjaga kemungkinan yang bisa mengikis budaya lokal. “Dengan motto berwawasan lingkungan menjadi kebanggaan untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan budaya dan lingkungan,” terangnya.
Desa wisata Penglipuran juga mempunyai banyak aturan yang harus ditaati warganya, baik dalam hal membangun rumah maupun aturan lainnya yang mengikat. Tak heran jika rumah penduduknya yang berjumlah 240 KK dari total 1.038 orang jiwa ini semuanya seragam,
Setiap rumah mempunyai 4 pintu utama di setiap bangunan rumah, pintu utama untuk akses jalan utama dan pintu kiri kanan serta pintu belakang, sebagai batas dengan rumah lainnya. Begitu juga bentuk dan kamar dan ruang tamu, semuanya seragam dan tertata rapi.
Rata-rata para wisatawan yang berkunjung ke Desa Penglipuran merasa nyaman dan kerasan, karena cuaca di desa ini memberikan kenyamanan. Temperaturnya bervariasi dari sejuk sampai dingin (16-29 °C) dan curah hujan rata-rata 2000 mm per tahun. Ada sekitar 74 hektar hutan bambu yang sering dikunjungi wisatawan dengan hawa yang cukup sejuk.
Total area desa ini 112 hektar dengan ketinggian 500-600 meter diatas laut dan berlokasi sekitar 5 kilometer dari kota Bangli atau 45 kilometer dari Kota Denpasar. Desa ini dikelilingi oleh desa adat lainnya, seperti Desa Kayang di Utara, Desa Kubu di Timur, Desa Gunaksa di Selatan dan Desa Cekeng. (*)