MALANG – Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berupaya mendorong sektor pariwisata. Salah satunya dengan mengembangkan konsep desa wisata. Wisata desa yang dikembangkan, tentunya berbasis pada kearifan lokal. Melalui konsep ini, diharapkan tidak hanya mendongkrak pariwisata tapi juga mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat pedesaan.
Salah satu desa di Kabupaten Malang, tepatnya di Kecamatan Turen Desa Sanankerto berhasil mengembangkan konsep desa wisata berbasis kearifan lokal adalah Boon Pring Andeman.
Sesuai namanya Boon Pring, dalam bahasa Jawa (kebun bambu, red), atau boon berarti anugerah. Yaitu sebuah konsep memanfaatkan hutan bambu sebagai “basis” pengelolaan desa wisata. Destinasi wisata hutan bambu yang bernama ekowisata Boon Pring Andeman dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Kertoraharjo.
Mohammad Subur, pengelola sekaligus Kepala Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, melalui Kasun Djamaludin mengatakan, pengembangan pariwisata Boon Pring Andeman ini berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan masyarakat serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Dikatakan, pengembangan ekowisata ini dimulai pada 2015. Desa Sanankerto menangkap trend wisata alam yang tengah populer. “Awalnya, hutan bambu di Desa Sanankerto sekadar sebagai lahan konservasi air untuk keperluan irigasi. Lalu, kami mulai mengembangkan layanan ekowisata, dimana fungsi konservasi tetap ada, namun masyarakat dapat mendapatkan nilai lebih dari adanya pariwisata,” papar Djamaludin saat memberikan keterangan pers kepada wartawan Pokja Prov Jatim yang berkunjung ke destinasi wisata Boon Pring, pada Kamis (28/11/2019).
Apa yang dilakukan oleh Kades Muhammad Subur dan Bumdes, tentu tidak sekali jadi. Ia bukanlah pesulap yang sekali berucap mantra, abra-kadabra langsung jadi. Butuh waktu lama, agar ikhtiar menjaga lingkungan dapat dilakukan, serta pariwisata dapat dijalankan. Dalam perkembangnnya juga dibentuk Poktan petani bambu.
“Saai ini ada sekitar 77 jenis (spesies) bambu yang ada di Desa Sanankerto. Mulanya dari perkiraan saya hanya 65 spesies (jenis), ternyata setelah dilakukan penelitian oleh ahli species LIPI malah terdapat 77 jenis. Kami akan berupaya mendatangkan lagi spesies bambu lagi dari Bogor untuk melengkapinya menjadi 100 lebih jenis bambu, sehingga kami berani memprokamirkan bahwa Boon Pring Sanankerto menjadi museum bambu,” papar Djamaludin
Hal senada disampaikan Direktur BUMDES, Samsul Arifin, Boon Pring Sanankerto selain fungsi konservasi, masyarakat Desa Sanankerto juga memanfaatkan bambu untuk kayu bakar dan bahan baku membuat gedek sebagai dinding rumah. Pemerintah Desa mengajak masyarakat untuk berembug tentang pengembangan desa wisata.
Embung yang hanya untuk irigasi serta bertanam selada air, dikeruknya. Nuasa Desa menjadi dinamis. Musyawarah Desa berjalan. Sinergi dengan Pendamping Desa terlaksana dengan baik. Grebeg 1001 tumpeng dikemasnya dengan apik sehingga semua komponen masyarakat tertarik. Blogger dan YouTuber berdatangan.
Dari sinilah, semua berubah. Masyarakat kian solid. Pohon bambu yang tinggi menjulang tumbuh kuat mengakar, menyimpan sumber-sumber mata air kehidupan di Sanankerto. Tidak kurang dari 9 mata air terdapat di lahan seluas 36,8 hektare, sehingga embung tak pernah kering.
Tercatat, tidak kurang dari 76 ribu pengunjung datang pada 2017 lalu. Sejak Januari hingga Agustus 2018 ini, sudah tercatat 83 ribu pengunjung mendatangi Boon Pring Andeman.
Akhirnya, tak hanya pendapatan masyarakat yang bertambah, lantaran buruh tani juga berjualan di warung-warung sekitar Boon Pring, tapi juga Pendapatan Asli Desa (PADesa) meningkat pesat. Tak tanggung-tanggung, RT/RW mendapat tambahan insentif, anak-anak berprestasi dari keluarga tidak mampu mendapatkan beasiswa.
“Desa Sanankerto yang dulunya terisolir dan miskin serta kerap menjadi sasaran program Inpres Desa Tertinggal (IDT), kini telah menjelma menjadi desa yang luar biasa,” papar Samsul Arifin.
Dikatakan pula, Desa Sanankerto merupakan bagian dari sekuel praktik baik dalam pemanfaatan Dana Desa (DD). Pengembangan wisata Boon Pring Andeman merupakan praktik inovasi dalam pemanfaatan DD untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Sementara Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dalam suatu kesempatan pernah mengatakan, banyak keunggulan yang dimiliki Jawa Timur seperti kearifan dan keindahan lokal yang belum tereksplor. Untuk itu akan ada ruang dimana desa wisata ini bisa kita kembangkan.
Menurutnya, pengembangan desa wisata ini memiliki peluang mengingat saat ini ada dana desa. Keberadaan dana desa yang jumlahnya besar itu, menjadi pemicu mendongkrak pertumbuhan baik ekonomi, budaya dan sosial di pedesaan.
Dengan adanya pengembangan desa wisata, Khofifah meyakini akan tumbuh basis ekonomi pedesaan. Sehingga akan ada peningkatan percepatan kesejahteraan masyarakat desa. “Artinya multi player efeknya banyak sekali apalagi di seluruh negara di dunia, devisa sektor riil akan tumbuh ketika sektor pariwisata tumbuh,” ujarnya.