SURABAYA|BIDIK– Juru Bicara Pengadilan Negeri (PN) Surabaya Sigit Sutriono menampik adanya kericuhan yang terjadi saat prosesi pembagian daging hewan kurban yang pihaknya gelar, Jumat (1/9/2017). Sigit berpendapat peristiwa yang menyebabkan dua wanita, warga sekitar itu pingsan, bukan kericuhan namun ketidaktertiban warga pengantri daging.
“Bukan ricuh, hanya tidak tertib saja. Mungkin warga sudah capek karena mengantri sejak pagi hari,” ujarnya kepada wartawan disela prosesi kegiatan.
Sigit mengakui adanya keterlambatan dalam prosesi ini. “Pembagian daging kurban memang mengalami keterlambatan. Karena panitia harus istirahat sebentar karena menunaikan ibadah sholat Jumat,” tambahnya.
Untuk diketahui, sejak pagi ribuan warga sudah mengantri diluar pagar gedung PN Surabaya, jalan Arjuno 16-18 Surabaya. Mereka berharap mendapat bagian 750 gram daging kurban pada peringatan Idul Adha yang setiap tahunnya digelar pihak PN Surabaya.
Menurut panitia, sebanyak 2500 kupon pengambilan paket daging sudah tersebar sebelumnya. Namun, antrian warga melebihi jumlah kupon yang disebarkan tersebut. Tak tanggung-tanggung, warga yang mengantri jumlahnya hampir dua kali banyaknya dari jumlah kupon.
Hal itu membuat panitia idul kurban kelimpungan. Terlebih, makin siang warga makin terlihat tak sabar menunggu. Mereka mulai saling dorong, takut tak kebagian jatah. Warga dibarisan belakang terus mendorong maju antrian didepannya. Tak hanya panitia, Polisi yang bertugas mengamankan jalannya kegiatan ini juga dibuat kerepotan.
Akibat ulah saling dorong tersebut, dua wanita usia setengah baya terjatuh pingsan dan nyaris jadi korban diinjak-injak warga lainnya. Untungnya, petugas dibantu warga pria lainnya sigap, dan berhasil mengeluarkan wanita itu dari tengah antrian.
Penyembelihan dan pembagian hewan kurban ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan keluarga besar PN Surabaya. Tahun 2017 ini, PN Surabaya menyembelih 8 ekor sapi dan 1 ekor kambing. Karena jumlah warga pengantri dengan jumlah jatah daging yang disiapkan tidak imbang, tak heran bila ada warga yang harus pulang gigit jari tanpa harus menerima pembagian daging, kendati sudah antri sejak pagi. (eno)